in ,

KZLKZL SADSAD

Pembunuhan Keji Remaja Gimhae yang Mengejutkan Korea Pada Tahun 2014

Gimhae Murder

Setelah air mendidih dituangkan ke tubuhnya, dia terpaksa, “duduk dan berdiri.”

Bensin mengalir di atas mayatnya dan dibakar, dikubur dalam semen.

“Saya ingin pulang ke rumah …”

Setelah melarikan diri dari rumah, Yoon yang berusia 15 tahun, siswa tahun pertama di sekolah menengah khusus perempuan di Gimhae mengalami kekerasan mengerikan dan intimidasi dari teman-temannya. Sebelum napas terakhirnya, dia menyatakan keinginan untuk kembali ke rumah.

Bahkan setelah kematiannya, lama sekali berlalu sebelum kembali ke pelukan ayahnya. Fakta menakutkan dari kejahatan ini adalah bahwa kejahatan itu dilakukan oleh anak-anak yang belum dewasa, yang merusak tubuh Yoon dan diam-diam mengubur tubuhnya dengan cara yang tak terbayangkan. Hanya dalam waktu sebulan setelah dia meninggalkan rumah, orang bertanya-tanya apa yang bisa terjadi.

Kesengsaraan dimulai. Pertemuan yang salah.

Mei 2014 lalu, seorang penyelidik dari Kantor Polisi Regional Changwon (Shin Myeong-ho, kepala departemen kriminal) membuat pernyataan yang mengatakan bahwa mereka yang dipenjara karena merusak tubuh Yoon setelah melakukan tindakan kekerasan dan pembunuhan adalah Yang (15) , Heo (15), dan Jeong (15). Juga dipenjara karena kejahatan yang sama di Kantor Polisi Regional Daejeon adalah Lee (25), Heo (24), Lee lainnya (24), dan Yang lainnya (15).

Saat ini mereka telah berkomitmen dan berada di pengadilan.Menurut dakwaan di Jaksa Distrik Changwon, siswa sekolah menengah Yang, Heo, dan Jeong memiliki hubungan senior-junior dengan Lee dan yang lainnya. [Korban,] Yoon, menghabiskan waktu bersama Kim (24) yang berteman dengan Heo (25).Pada 15 Maret yang lalu, Yoon memulai tahun pertamanya di sekolah menengah. Mengikuti Kim, dia meninggalkan rumah dan pergi bersamanya ke Busan. Mereka tinggal bersama di sebuah penginapan.

Kim dan yang lainnya mengunggah informasi tentang Yoon untuk menemui seorang pria, dan memaksa Yoon menjadi pekerja seks. Pekerja seks ini adalah bagaimana mereka menghasilkan uang untuk biaya hidup. Pada tanggal 29 Maret, ketika Kim dan yang lainnya mengetahui bahwa ayah Yoon melaporkan kepergiannya, dia dikirim kembali ke rumah untuk menenangkan pikiran ayahnya. Mereka membuat dia berjanji “untuk tidak memberitahu siapa pun tentang paksaan menjadi pekerja seks.” Namun, takut dia akan memberi tahu seseorang, hari berikutnya pada tanggal 30, mereka menemukan Yoon di gerejanya, memaksanya masuk ke mobil, dan membawanya ke motel di Ulsan.

Gimhae Murder 2

Muntah muntah dan disiram dengan air mendidih.

Yoon diseret dari motel ke motel lain untuk melakukan pekerjaan seks di Ulsan dan Daegu. Pada 4 April, Yoon menggunakan komputer motel untuk mengakses Facebook. Para pria menuduhnya membocorkan lokasi mereka dan memukulnya dengan marah. Sejak saat itu dan seterusnya, Yoon dikurung, lalu para pria secara bergiliran menjaga dan melecehkannya.

Lee dan para pria lainnya menyaksikan ketika mereka menghasut Yoon dan siswi-siswi lainnya terlibat dalam perkelahian satu lawan satu. Dia juga terus menjadi korban kekerasan tanpa pandang bulu. Dia ditendang di sekujur tubuhnya. Kipas listrik dan tabung F-Killer, dilemparkan padanya. Dia dipaksa minum dua botol Soju dari semangkuk naengmyeon [mie dingin] yang kosong.

Ketika dia sakit, mereka juga memaksanya untuk menjilat dan memakan muntahannya sendiri.Ketika kejahatan berlanjut dan menjadi lebih parah. Tidak dapat menahan siksaan itu, Yoon bertanya, “Saya sangat terpukul dan sangat pengap, bisakah saya mendapatkan sedikit air?” Setelah dia mengajukan permintaan, satu orang melemparkan air mendidih ke lengannya.

Setelah itu dua orang menuangkan air mendidih ke tubuh Yoon beberapa kali.Tubuh Yoon hancur total. Lepuh terbentuk di seluruh tubuhnya akibat luka bakar, dan kulitnya mulai mengelupas. Terdakwa memberi perintah Yoon untuk “duduk lalu berdiri” 100 kali, dan setiap kali Yoon berkata, “Aku ingin pulang,” dia dipukuli.

Tidak dapat menstabilkan tubuhnya, Yoon diperintahkan untuk menghafal tabel perkalian. Ketika dia tidak bisa menjawab dengan benar, dia dipukuli dan mendapatkan siksaan, [terdakwa] tampak menikmati tontonan tersebut. Jika seseorang bosan menyiksa Yoon, orang lain akan datang untuk memukulnya.Yoon juga ditanyai pertanyaan yang menakutkan. Seseorang bertanya kepadanya, “Jika kamu mati, apa yang akan kamu bawa?” Jika dia menjawab pertanyaan, beberapa gadis remaja akan memukulinya tanpa akhir.

Dalam salah satu pemukulan ini, seorang gadis memukul Yoon dengan batu paving. Pada tanggal 10 April pada 30 menit lewat tengah malam, di tempat parkir dekat sebuah motel Daegu, Yoon berjongkok di lantai kursi belakang mobil, tewas karena syok dan dehidrasi yang disebabkan oleh rasa sakit yang mengarah ke jantung.

Bahkan setelah kematiannya, Yoon adalah korban kejahatan mengerikan. Ketujuh orang berkumpul membuat rencana untuk mengubur tubuh Yoon di gunung dan pada hari berikutnya (tanggal 11), mereka semua menuju ke sebuah kebun di Gyeongnam, Changnyeong-gun. Ketiga lelaki itu menuangkan bensin ke wajah Yoon dan membakarnya sehingga akan menjadi hitam dan mengaburkan identitasnya. Tiga hari kemudian, khawatir tertangkap, ketiga pria itu bertemu dengan 2 gadis remaja dan mengubur mayatnya di sebuah bukit di area yang sama.

Untuk menutupi bukti kejahatan, mereka menuangkan semen ke seluruh tubuh dan menutupi semuanya dengan batu dan tanah.Setelah diam-diam mengubur Yoon, ketiga pria bersama Yang (15) pergi ke Daejeon dan membunuh sekali lagi. Lee dan yang lainnya berencana juga menyuruh Yang melakukan kerja seks. Namun ketika klien menyadari bahwa dia ditipu, dia dipukul dengan benda tumpul dan terbunuh.

Perasaan seorang ayah yang kehilangan putri tercintanya.

Ayah Yoon kehilangan kata-kata atas kejadian yang menimpa putrinya. “Aku tidak bisa melupakan hari saat dia pulang. Dia ketakutan, menangis, dan saya tidak bisa melupakan apa yang dia katakan kepada saya. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia dipaksa untuk melakukan seks dan disiksa, hanya diberi satu gigitan untuk makan sehari. Dia khawatir mereka akan datang untuk menemukannya,” ujarnya.

Pak Yoon memiliki hubungan khusus dengan putrinya. Dia menyayanginya ketika dia datang kepadanya, tetapi dia khawatir cintanya tidak cukup. Pak Yoon bekerja sebagai supir,  dan penghasilannya tidak pernah cukup untuk keadaan mereka. Dia menceraikan ibu Yoon yang pecandu alkohol dan pindah ke Gimhae, tetapi dia dikucilkan oleh teman-temannya karena tidak tahu dialek Gyeongsang dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan sekolah baru.

“Setiap kali dia dijauhi oleh teman-temannya, hatiku sakit,” katanya, menahan air mata, “Baru-baru ini dia rajin datang ke gereja. Dia senang menjadi siswa sekolah menengah, tetapi dia bahkan tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengenakan seragam sekolahnya.”

Setelah kejadian itu, Tuan Yoon pergi ke Changwon dan Daejeon, mengajukan banding untuk menghukum terdakwa. “Ketika saya menemukan situs pemakaman putri saya, saya gemetaran karena takut dan memikirkan anak saya, saya dendam dan marah. Setiap kali saya menonton persidangan, saya mendengar anak-anak mengulangi kata, ‘menyesal’ dan seluruh dunia tampaknya hancur. Mereka harus menerima hukuman yang setimpal dengan putri saya.”

Translated by Anndaru

Source: Koreabang

What do you think?

Sunbae

Written by Heavyrain

Post MakerContent AuthorVisual

Tersangka Kasus Pembunuhan Hwaseong Akhirnya Mengakui Perbuatannya

Grup K-Pop Fokus Promosi ke Amerika, Fans Korea Dinomor Dua Kan?