Fakta K-Pop telah menjadi fenomena di seluruh dunia dalam beberapa waktu terakhir, fandom juga menjadi agak lebih kompleks karena tidak hanya penggemar Korea Selatan saja yang menentukan mati dan hidupnya grup idola.
Jika kamu seorang penggemar internasional, mungkin akan merasa aneh atau bingung dengan budaya fans lokal yang menggelitik. Aturan “no dating”, pembelian album secara massal, mengumpulkan photo card, fan chants, dan lightstick sebenarnya agak eksklusif untuk budaya penggemar Hallyu.
Konser EXO
Terlepas dari itu, hadirnya penggemar internasional dari berbagai latar belakang budaya membuat fandom grup K-Pop semakin lebih banyak. Bahkan bisa dibilang mereka berpengaruh cukup besar dalam kehidupan idol.
Dulu mungkin fans domestik membuat aturan yang kaku, banyak skandal yang tidak dapat diterima atau ucapan menyinggung di mata penggemar dapat diterima dengan tangan terbuka oleh fans internasional. Seperti topik kencan, kamu bisa tahu dengan jelas perbedaan komentar antara fans lokal dan intern. Hal ini jelas pernah dialami oleh Chen EXO yang memutuskan untuk menikahi kekasihnya.
Secara umum fans intern akan lebih sibuk menuliskan tweet ucapan selamat dan turut bersuka cita. Berbeda dengan penggemar domestik yang memberikan respon sinis, bahkan meminta Chen untuk meninggalkan EXO.
Hal ini sudah pasti menyulitkan grup K-Pop karena ada kesenjangan dalam fandom. Tapi, sejak kapan pacaran sama dengan skandal? Tetapi pandangan seorang fans memang tidak selalu sama. Skandal K-Popyang tidak kalah mengejutkan juga pernah datang dari kasus rokok ganja Hanbin eks iKon dan hutang Wonho eks Monsta X.
Skandal ini membuat penggemar frustasi karena masalah keduanya dipandang sebagai sesuatu berbeda. Penggemar intern mungkin bisa memaafkan kasus mereka, tetapi tidak dengan fans domestik yang merasa kasus ini adalah dosa tak termaafkan.
Intinya adalah bahwa ada kesenjangan budaya yang besar, di mana audiens internasional melihat selebriti K-Pop hanya sebagai idola yang mereka kagumi dan cintai. Namun, penggemar domestik cenderung melihat idol sebagai tokoh publik yang memiliki tanggung jawab moral, harus bersikap etis seperti model peran.
Meskipun begitu dukungan penggemar domestik adalah prioritas utama, kecuali jika idol K-Pop bermukim di label luar negeri. Tetapi hal itu juga akan memicu perdebatan dan pertanyaan mengapa sebuah grup Korean Pop bergantung pada fandom internasional. Tidak akan ada cara realistis bagi grup atau idol untuk mempertahankan aktivitas jika tidak ada penggemar di Korea Selatan yang menjadi konsumsi utama dalam karya mereka.
Mungkin perbedaan budaya dapat disederhanakan jika tidak mengejar pola pikir konservatif dan kompleksitas untuk semua fandom K-Pop.